Cukup membuat deposit minimal $ 1 ke akun Anda!
Dapatkan kondisi trading terbaik dan penawaran bonus yang menarik! Yuk segera berinvestasi trading forex! di Salma Markets! Dan dapatkan kondisi trading terbaik!
Salma Markets - berinvestasi dalam kemenangan Anda!
Download untuk Windows
Download untuk Android
Download untuk iOS
Deposit
Withdrawal
Daftarkan akun
Buka Akun Live
Login Nasabah
Informasi yang direkomendasikan
Juli 27, 2022
Pada pembukaan perdagangan Rabu hari ini, kurs atau nilai tukar Rupiah masih berada di posisi stagnan atas Dolar AS. Dikutip dari Bloomberg, nilai tukar Rupiah terhadap dolar berada di angka Rp14.993 per dolar AS. Posisi ini diprediksi akan terus menguat hingga akhir pekan.
Tentunya ada banyak hal yang memicu terjadinya kondisi tersebut. Salah satunya adalah status inflasi jangka panjang yang sedang terjadi di Amerika Serikat saat ini. Bagaimanapun juga, ada banyak sentimen negatif yang muncul terhadap Dolar pasca pengumuman hal tersebut.
Meskipun begitu, ternyata Dolar sedang mengalami penguatan terhadap nilai mata uang utama lainnya. Namun penguatannya ini belum mampu melemahkan nilai Rupiah. Kondisi ini sudah berlangsung selama beberapa hari belakangan ini.
Josua Pardede yang saat ini menjabat sebagai Kepala Ekonom Bank Permata mengungkap kalau Dolar AS sebenarnya mengalami penguatan nilai terhadap beberapa mata uang utama. Kondisi ini terus terjadi hingga akhir sesi AS malam tadi.
Hanya saja indikator ekonomi AS justru malah mengalami kondisi sebaliknya. Angka yang ditunjukkan oleh indikator tersebut malah mengalami penurunan. US Conf Board Consumer Confidence justru mengalami penurunan dan 98,4 menjadi menjadi 95,7.
Di sisi lain, angka penjualan rumah baru di negeri Paman Sam mengalami penurunan dari yang biasanya 642 ribu transaksi menjadi 590 ribu transaksi. Ketika data ini resmi dirilis, dampaknya langsung terlihat pada pergerakan indeks dollar.
Pergerakan Indeks dollar terlihat sangat terbatas. Hal ini terjadi pasca pelemahan Euro terhadap Dolar. EUR/USD mengalami pelemahan terhadap Dolar dengan penurunan 1,01 persen menjadi 1,0117. Kondisi ini terjadi setelah Rusia secara resmi memangkas pasokan gas ke benua biru.
Ketika indeks dolar menguat dari 0,66 persen ke angka 107,19 persen, yield US Treasury (UST) juga mengalami penguatan signifikan menjadi 2,81 persen. Kenaikannya mencapai 1bps. Pergerakan dolar AS memang tidak mendapatkan dampak apapun dari kondisi ini.
Namun pelemahan pasar saham masih harus terjadi akibat pelemahan indikator ekonomi AS. Terbukti NASDAQ, S&P500 dan DJIA mengalami penurunan signifikan dengan angka masing-masing 1,87 persen, 1,15 persen dan 0,71 persen. Angka ini merupakan salah satu yang tertinggi sejak 4 dekade ke belakang.
Menanggapi kondisi AS yang sedang tidak stabil, para investor dari Asia mulai menahan diri. Jelang pertemuan FOMC, banyak pengusaha dari Asia yang sabar menunggu arah kebijakan moneter dari The Fed terlebih dahulu sebelum mereka melakukan investasi.
Sentimen ini terbukti dengan penurunan mayoritas yield SUN di angka 1 hingga 5 bps dalam waktu satu pekan saja. Kondisi ini kecuali dialami oleh SUN 10-tahun.Stabilitasnya mungkin didukung penuh oleh yield UST yang terus mengalami penurunan ketika sesi Asia dimulai.
Tidak hanya investasi saja, kondisi inflasi tersebut juga berpengaruh terhadap perdagangan obligasi. Hingga saat ini, nilai perdagangan obligasi berada di angka Rp 16,15 triliun. Angka tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan dengan sesi sebelumnya yang hanya mencapai angka Rp6,58 triliun saja.
Saat itu pemerintah sampai harus melakukan pelelangan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Itupun hanya sanggup meraup dana hingga Rp 5.87 T saja. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan target indikatifnya yang berada di angka Rp 7 T.
Anehnya, total penawaran yang terjadi justru lebih rendah dibandingkan sesi sebelumnya. Pada sesi ini, penawaran hanya mencapai angka Rp10,77T saja, Sedangkan untuk sesi sebelumnya, penawaran bisa mencapai Rp 12,76 T.
Saat ini, mayoritas mata uang utama negara-negara Asia diperdagangkan dengan sangat terbatas. Tentu saja Rupiah termasuk salah satu diantaranya. Pada saat postingan ini dibuat ternyata rupiah mengalami penguatan terhadap US$ meskipun hanya sedikit.
Diperdagangkan secara sideways sepanjang hari, rupiah mengalami kenaikan hingga 0,01%. Saat ini nilai rupiah berada di Rp 14.997 per dolar AS. Sedangkan untuk pasangan sebaliknya, nilai jual berada di kisaran angka Rp14.950 hingga Rp15.050.
Salma Team
Tim dukungan pelanggan kami yang berdedikasi siap memberikan dukungan lokal dalam 10 bahasa.