•  

    Terima kasih atas kepercayaan kamuDalam bertransaksi trading forex di Salma Markets!

    Cukup membuat deposit minimal $ 1 ke akun Anda!

    Dapatkan kondisi trading terbaik dan penawaran bonus yang menarik! Yuk segera berinvestasi trading forex! di Salma Markets! Dan dapatkan kondisi trading terbaik!

    Salma Markets - berinvestasi dalam kemenangan Anda!

  • toolbarCollapseOpenAccount_1
  • Salma Kabinet Klien

    • Pengaturan pribadi
    • Akses ke semua layanan Salma
    • Statistik dan laporan terperinci tentang perdagangan
    • Berbagai macam transaksi keuangan
    • Sistem mengelola beberapa akun
    •  Perlindungan data maksimum
  • cabinet_client1

Berita Pasar

Informasi yang direkomendasikan

demo Berita Pasar

AS Tekan Ekspor Pasca Inflasi, Neraca Indonesia Tetap Surplus

Inflasi berkepanjangan yang terjadi di Amerika Serikat memang berdampak besar terhadap intensitas ekspor ke negara tersebut. Namun pihak Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengungkap kalau hal ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Diprediksi, neraca perdagangan akan terus mengalami surplus dalam beberapa semester ke depan. Tentunya ada beberapa aspek yang berpengaruh besar terhadap stabilitas ini. Salah satunya adalah faktor kenaikan yang masih sangat tinggi.

Tidak bisa disangkal, Indonesia memang mensuplai banyak sekali komoditas primer ke negeri Paman Sam. Kalaupun terjadi penurunan kuantitas ekspor ke negara tersebut, hal ini tidak berdampak besar karena kenaikan harga komoditas memberikan benefit bagi ekspor dalam negeri. Nilai yang didapat dari ekspor tersebut tetaplah besar.

 

Pemerintah Sudah Siapkan Strategi Khusus

Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah sudah mempersiapkan strategi khusus. Salah satunya adalah mengusahakan peningkatan permintaan domestik terhadap komoditas dalam negeri. Di dalam dunia perdagangan, empowering domestic demand adalah kebijakan alternatif yang selalu menjawab permasalahan di pasar global.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Mohammad Faisal yang saat ini menjabat sebagai Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE). Beliau mengungkap kalau tingkat inflasi AS yang begitu tinggi tidak akan berdampak besar terhadap neraca perdagangan tanah air. 

Dia juga memprediksi kalau satu semester ke depan, neraca perdagangan Indonesia akan masih tetap stabil. Hanya saja proyeksi perlambatan inflasi dan ekonomi global akan sangat berpengaruh terhadap nilai surplus. Melihat kondisi saat ini, nilai surplus pasti mengalami penyempitan.

Faktor perlambatan tersebut akan meminimalisir tingkat permintaan komoditas di seluruh negara, khususnya negara maju. Salah satunya tentu saja permintaan dari Amerika Serikat sebagai salah satu negara adidaya di muka bumi.

Masih Banyak Alternatif Ekspor Lainnya

Ketika Amerika Serikat mengekang intensitas import, Indonesia masih memiliki banyak alternatif impor lain yang bisa dipilih. Bahkan negara alternatif ekspor tersebut tidak kalah potensial dibandingkan dengan Amerika Serikat itu sendiri.

Di antara negara yang sangat potensial untuk ekspor tersebut adalah Jepang, India, Cina, seluruh negara anggota ASEAN dan deretan negara eropa yang masuk ke dalam list ekspor Indonesia sejak dulu seperti Jerman, Belanda, Inggris, dan lain sebagainya.

Selain negara Eropa, ada juga pasar timur tengah yang tidak kalah potensial untuk dikembangkan. Hubungan diplomatik Indonesia dengan negara Arab sangatlah baik. Untuk opsi lainnya, Indonesia juga bisa melakukan ekspor ke negara di Eropa Timur, Afrika dan Amerika Selatan.

Banyaknya opsi ekspor tersebut menjadi salah satu keuntungan yang tidak bisa dianggap remeh di tengah kondisi perdagangan dunia yang sedang kacau. Terlebih lagi jika kondisi perekonomian AS kembali stabil, tingkat ekspor tentu akan semakin memuncak.

Neraca Perdagangan Indonesia Terus Mengalami Surplus

Margo Yuwono yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)  mengungkap kalau Indonesia saat ini berada di neraca perdagangan surplus. Angkanya bahkan mencapai hingga US$ 5,09 miliar pada bulan Juni 2022 lalu.

Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka di bulan sebelumnya yang berada di kisaran US$ 2,9 miliar. Ada selisih US$ 2,19 miliar hanya dalam waktu 30 hari saja. Hebatnya, posisi tersebut terus mengalami peningkatan selama 25 bulan lebih.

Contohnya untuk komoditas non migas yang mencapai angka US$ 7,23 miliar di bulan Juni 2022 lalu. Ini merupakan salah satu pencapaian terbaik migas dalam negeri pasca pandemi Corona 2 tahun belakangan ini. 

Uniknya, peningkatan neraca perdagangan ini justru terjadi di Amerika Serikat, Filipina dan India. Sedangkan untuk negara lain yang mengalami defisit neraca adalah Argentina, Australia dan China. Namun diharapkan intensitas perdagangan dari ketiga negara tersebut juga akan meningkat nantinya.

KOMENTAR DI SITUS

FACEBOOK

Tampilkan komentar yang lebih lama
bg_custom-support

ic_info 24/5 Dukungan Pelanggan

Tim dukungan pelanggan kami yang berdedikasi siap memberikan dukungan lokal dalam 10 bahasa.